Hari
minggu telah tiba. Saya bermaksud untuk pergi ke suatu tempat bersama
teman-teman saya, yang sudah di rencanakan sebelum hari ini tiba. Terlebih dahulu
aku membereskan rumah dan membereskannya hingga terlihat rapih, setelah itu baru
aku pergi e rumah Rita, karena kami sudah janjian akan berkumpul di rumah Rita
terlebih dahulu sebelum berangkat ke tempat tujuan.
Setelah
sekian lama menunggu akhirnya teman-teman saya sudah berkkumpul dan tinggal
menunggu satu orang lagi yaitu Siti Aisyah. Kami menunggu dan terus menunggu,
akhirnya diapun dating. Sayangnya kami mendapatkan kabar yang mengecewakan,
karena Aisyah tidak bisa ikut soalnya dia sedang ada kepentingan keluarga yang
tidak bisa dia tinggalkan, dan dia meminta untuk mengundur waktu untuk pergi
kesana lantaran dia tak ingin melewatkan acara bersa tersebut. Akhirnya kami
berunding sejenak. Kami semua pun menyimpulkan menyimpulkan bahwa karena salah
satu dari teman kami tidak biasa hadir dan dia meminta untuk mengundur waktu
untuk pergi, maka kami setuju untuk mengundur waktu minggu depan. (biasalah
untuk menjaga solidaritas)
Setelah
itu kami semua pun pulang ke rumah masing-masing. Di perjalanan menuju ke rumah
saya bertemu dengan orang-orang yang akan pergi ke kebun seperti biasanya.
Mereka menyapa saya dan aku pun membalas sapaannya, karena itulah yang harus
dilakukan oleh semua orang masyarakat di
kampong saya. Sampai pada akhirnya saya pun tiba di rumah.
Detik-detik
jam dinding terdengar begitu jelas, karena suasana di rumah saat itu sangat
hening dan tidak ada satu orangpun di rumah kecuali aku. Ibuku yang sedang
pergi ke pasar, adeku yang sedang bermain tanpa memperdulikan waktu, dan ayahku
yang ssedang bekerja dan hanya pulang jika sudah mendapatkan uang.
Akhirnya
hari minggu aku habiskan sendiri di rumah. Karena bosan, aku akhirnya memilih
untuk menonton TV di rumah. Tanpa aku sadari ternyata di rumahku sedang mati
lampu.setelah itu seperti biasa jika sedang dalam waktu luang atau dalam
situasi kosong, aku selalu mencari buku-buku yang ada di rumah dan membacanya,
karena membaca merupakan salah satu hobiku.
Tidak
semua buku aku selalu membacanya, terkadang aku suka pilih-pilih buku yang
menarik untuk dibaca. Karena, aku suka malas membaca buku tentang pelajaran di
waktu yang tidak tepat. Soalnya, percuma saja jika aku membaca buku pelajaran
pada saat diriku sedang di kerubungi oleh masalah-masalah yang membuat otak dan
pikiranku buyar, karena ilu dari buku itu tisak aan masuk kedalam otakku. Tapi
jangan bilang kalau aku tidak suka buku pelajaran, saya bias saja seharian atau
sebulan pool membaca buku pelajaran, asalkan dalam kondisi rohani yang sehat,
lebih tepatnya pada saat hatiku senang, maka jiwa dan otakku pun menjadi lurus
jauh kedepan.
Akan
tetapi baik dalam keadaan rohani sehat atau sakit, banyak masalah atau tidak
ada masalah, suka atau tidak suka dan senang ataupun menderita, ada suatu buku
yang selalu bisa aku baca, yaitu,,, BU..KU..CE..RI..TA. haha bisa di bilang
terlalu jujur.Karena memang buku ceritalah yang selalu menjadi insfirasi
hidupku. Apalagi jika menceritakan tentang kehidupan makhluk hidup, seperti
tumbuhan binatang dan manusia.
Apalgi
sekarang ini hari minggu, lagi santai, tak ada teman, malas keluar, dan tidak
misa nonton TV karena mati lampu, komplit deh pokoknya.jadi aku putuskan untuk
mencari buku-buku di kardus yang sudah lumayan lama tidal aku buka. Akhirnya
setelah aku buka salah satu kardus tempat aku menyimpan buku-buku waktu SMP,
aku pun menemukan satu buku cerita yang berjudul “ELANG”.
Akupun
membacamya, dan cerita itu sangat insfiratif dan memberikan kesadaran kesadaran
kepada diriku tentang hidup di dunia dengan penuh impian. Kurang lebih
ceritanya seperti ini.
‘Suatu
ketika, di sebuah lereng, tersebutlah seonggok sarang Elang. Di dalamnya terdapat
6 butir telur yang sedang di erami induknya. Suatu hari, terjadi sebuah gempa
kecil dan mengakibatkan sebutir telur menggelinding ke bawah. Namun, induk
Elang tak mengetahui hal itu. Untunglah, telur itu kuat, sehingga kemudian
benda itu malah masuk kedalam sebuah sangkar ayam. Seekor induk ayam yang
sedang mengeram, lalu malah memasukan telur itu kedalam buaian bersama
telur-telur ayam lainnya.
Beberapa
saat kemudian, meneteslah telur itu, dan keluarlah seekor anak Elang yang
gagah. Namun sayangnya, ia dilahiran ditengah keluarga ayam. Lama kemudian
Elang kecil itu, tumbuh bersam anak-anak ayam lainnya. Dan si Elang kecil
itupun percaya bahwa ia adalah seekor anak ayam. Ia juga mencintai sangkar dan
induk ayam. Namun, ada keinginan lain di hati kecilnya.
Elang
kecil itu, suatu ketika, melihat Elang-elang besar yang sedang mengepakan
sayapnya yang indah di angkasa. Ia kagum sekali dengan kegagahan mereka. “Oh”…
Elang kecil itu memekik, “Andai saja, aku bias terbang seperti burung-burung
gagah itu.” Katanya sambil menatap langit. Anak-anak ayam tertawa mencericit.
“Ha ha ha…kamu tak akan bisa terbang bersama mereka,” ujar seekor anak ayam,
“kamu adalah ayam, dan ayam tak bisa terbang!” hahahaha…… Tawa anak-anak ayam
itu kembali memenuhi teinga si Elang kecil. “Oh, andai saja…” ujarnya pelan.
Elang kecil itu kembali menatap langit. Menatap keluarga yang sebenarnya di
atas sana.
Setiap
waktu, saat Elang mengungapkan inpiannya, ia selallu diberi nasehat, bahwa itu
adalah hal yang mustahil yang bisa dilakukannya. Dan hal itulah yang terus
dipelajari oleh si elang,bahwa, ia tak mungkin bisa terbang, dan mengepakan
sayapnya diangkasa. Lama kemudian, si Elang berhenti bermimpi, dan melanjutkan
hidupnya sebagai ayam biasa. Akhirnya, setelah sekian lama hidup menderita,
dikekang dengan semua impiannya,si Elang pun mati.’
Itulah
ceritanya. Setelah membaca cerita tersebut akhirnya aku memahami bahwa cerita
adalah sebuah amsal yang baik tentang kehidupan. Cerita ini adalah sebuah
permisalanyang indah tentang makna harapan dan impian-impian. Ada banyak sekali
asa dan hasrat, yang akhirnya pupus. Karena, hilangnya rasa percaya dalam
kalbu. Ada banyak sekali harapan-harapan, yang hilang, hanya karena tak percaya
dengan semua kemampuan yang kita miliki.
Bisa
diartikan bahwa kita semua adalah Elang-elang kecil, yang bisa jadi… lahir
dalam buaian ayam. Kita semua adalah manusia-manusia hebat, yang punya banyak
potensi. Tuhan memberian banyak anugrah buat kita. Namun, seringkali rasa
percaya diri itu begitu kecil, tak mampu membuat kita yakin, bahwa kita mampu,
bahwa kita bisa.
Tuhan
berikan banyak sekali rahmat, namun seringkali semua itu membuat kita makin
bersyukur, dan mau menjadikannya pendorong dari hati.
Akhirnya
aku mengerti bahwa kita akan menjadi apa yang kita percayai. Jadi, saat kita
bermimpi untuk menjadi “ Elang “, teruskan impian tadi, dan coba abaikan dulu
nasehat “Ayam“ itu. Karena siapa tahu, kita adalah calon “Elang-Elang” yang
akan lahir dan mengepakan sayap dengan indah di angkasa.
Mungkin
cerita itu adalah suatu jalan dari Tuhan agar aku dapat mencobanya dan kita
harus selalu ingat bahwa sesungguhnya Tuhan bersama kita…