Oleh
: Dini Herawati
Cinta adalah sebuah kata yang
mungkin mudah untuk diucapkan namun sulit didefinisikan dengan benar, sebagian
orang berpendapat bahwa ketika cinta itu di definisikan, maka
keterangan-keterangan pada dasarnya buanlah tentang cinta sendiri.
Ketika seseorang ditanya, apa itu
cinta ?? Dia hanya menjawab : “ Kau akan menyaksikannya hari ini, lua atau besok
“ …. Lalu apa yang terjadi kemudian hari ini lehernya di penggal, besok
jasadnya di gantung dan lusa abunya di tebaran, yang berarti cinta adalah kematian, demikian saya mendengar dari soso
majnun sang pencinta Laila.
Cinta baginya tidak lain merupakan
kegilaan, itulah sebabnya ia disebut “ Majnun “ atau sang GILA … begitupun
dalam kisah Romeo dan Juliet, cinta dalam kisah ini dilukiskan dalam kehidupan.
Cinta adalah sesuatu yang mampu
memberi sayap-sayap hidup sehingga menumbuhkan kembali unggas yang sudah mati akibat tertekan. Demikianlah cinta adalah
sesuatu kata yang melahirkan keterangan yang berbeda ketika dicoba untuk
dimaknai. Cinta seolah menjadi kata yang tidak dapat didefinisikan dalam makna
sejatinya.
Semua ekspresi tentang cinta hanyalah berupa
penampilan zahir atau fisik yang muncul dari suatu tekanan yang dipaksa untuk
dimakanai. Akan tetapi, seringkali kita berkata tentang cinta. Begitu mudahnya
kita mengucap dan mengobral kata cinta. Bahkan, setiap orang mengakui adanya
cinta dalam dirinya: pecinta mencintai kekasihnya, suami mencintai istrinya,
orangtua mencintai anaknya dan lainnya.
Cinta sesungguhnya merupakan hal
yang niscaya pada manusia. Bahkan, cinta telah menjadi suatu kekuatan individu
yang mampu mengubah segalanya. Dengan cinta, manusia terdorong untuk berbuat
sesuatu yang positif yang dalam keadaan bisa boleh jadi dia tidak dapat
melakukannya. Tapi dengan cinta pula manusia terdorong untuk berbuat sesuatu
yang negative, sehingga cinta telah menjadi sumber bagi terciptanya perilaku.
Disini pangkal permasalahannya…!!! Jika cinta hanya mengacu orang untuk berbuat
kebajikan, tentu tidak ada peersoalan. Namun jeleknya cinta juga bisa mengiring
manusia kearah keburukan.
Disamping cinta dapat menyebabkan
seseorang untuk melqakukan perbuatan terpuji, cinta jauga dapat menyebabkan
seseorang untuk bertindak keji. Bahkan dorongan kearah keburukan ini seringkali
dirasa lebih kuat di banding kearah kebaikan,lantaran jalan yang terhampar
lebih luas dan lebih mudah untuk dilalui, serta biasanya menjanjikan kenikmatan
sensual. Dalam islam, kita meyakini bahwa cinta yang dapat mengarahkan orang
kepada kebaikan adalah cinta kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Sementara
cinta yang tidak ditujukan kepada Allah SWT atau bukan karena Allah, pastilah
dapat mendatangkan keburukan.
Cinta terhadap dunia semata akan
mengakibatkan pengaruh yang buruk yang ditimbulkannya, sebagian ulama
menganggap dunia merupakan symbol dari keburukan. Dunia merupakan Antitesis
dari akhirat. Imam Al-Ghazali mengibaratkan dunia akhirat ibarat timur dan
barat, jika seseorang cenderung pada salah satunya, ia akan menjauh dari
lainnya. Dunia dan akhirat juga diumpamakan sebagai dua wanita yang di madu,
jika dia cenderung pada salah satunya, maka yang lainnya kecewa. Dapatnya dunia
dianggap sebagai symbol keburukan ini tidak terlepas dari mekna bahwa dunia
menyimpan banyak hal yang dapat menjerumuskan orang kedalam kelalaian,
kemaksiatan dan dosa.
mmm…saya jadi teringat arti dalam
Al-Qur’an yang pernah saya baca:
“ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berb angga-bangga
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam tanamannya
mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya berwqarna kuning, kemudian menjadi hancur. Dan diakhirat (nanti) ada
adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaannya. Dan kehidupan dunia
ini tindak lain hanyalah kesenangan yang menipu. “ (Q.S. 57:20)
Kalau
kita lihat secara gambling ayat di ats, Allah memberitahukan kepada kita bahwa
kehidupan ini dan kenikmatan tipu dayanya dapat dengan mudah menjerumuskaqn
menusia kearqah keburukan sehingga melalaikan manusia dari beribadah kepadanya,
dan kepadanyalah segala amal perbuatan dikembalikan, lalu bagaimana kita dapat
mencintai dunia??? Sedangkan tipu dayanya begitu kuat.
Bukankah cinta adalah hal yang
sangat alami terjadi pada manusia, dan merupakan kodrat kemanusiaan yang
dianugrahkan oleh ilahi ??? bukankah kita mencintai suami, keluarga kita, orang
tua kita, harta benda kita semuanya itu merupakan bagian dari kehidupan dunia
???
Jawabannya adalah sederhana, selalu
mengaitkan segala bentuk kecintaaan kita terhadap sesuatu hanya untuk mengharap
keridhoan Alloh SWT, namun tentunya bentuk cinta itu sendiri harus dilandasi
dengan syariat yang diperbolahkan, jangan sampai kita mencintai sesuatu yang
dibenci Alloh tetapi kita berniat mencari keridhoan Alloh, ya tentunya di tolak
Alloh… namun terkadang kita lupa akan hakikat itu semua, kita terlalu asyik
berkubang dengan masalah dunia dan tipu dayanya, sehingga masalah akhirat dan
kecintaan kita kepada Allah kita kesampingkan begitu saja, mungkin karena lupa,
lalai atau kita tak mau peduli dan mengacuhkan semua tanda-tanda dan peringatan
yang sudah ada juga terlalu tenggelam dalam tipu daya dunia. Namun semua belum
terlambat untuk disadari “untuk apa kita hidup”, dan “ bagaimanakah seharusnya
kita hidup “
Mencintai dunia dengan segala
kekurangannya atau mengabdi kepada Sang pencipta dengan segala perintahnya
sehingga kita bukan termasuk orang-orang yang menduakan Allah dengan cinta
kepada dunia. Ingatlah bahwa kita akan kembalai kepada Allah dan kepadanya
jugalah kita akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kita kelak.